Makalah
Interaksi Sosial dan Pendidikan sebagai Proses Sosial Budaya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
Interaksi
sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling
mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan.
Interaksi
sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari
tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial
terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara,
berjabat tangan atau bahkan terjadi persaingan dan pertikaian.
Pendidikan
adalah suatau proses pengembangan kepribadian. VISI pendidikan nasional adalah
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Untuk menggapai tercapainya visi ini, ditetapkan serangkaian
prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan
reformasi pendidikan. Salah satu prinsip yang ditetapkan adalah pendidikan
diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Sosial dan budaya adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Struktur sosial masyarakat dan kebudayaan adalah suatu konteks,
suatu lingkungan dan segala sesuatu yang berada di dalamnya akan dapat
dimengerti.
B. Ruang
Lingkup Masalah
Ruang
lingkup masalah pada makalah ini adalah:
1.
Mengetahui pengertian interaksi sosial.
2.
Mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial.
3.
Mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial.
4.
Mengetahui esensi pendidikan sebagi proses sosial budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses
Sosial dan Interaksi Sosial
Proses
sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah
ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara
pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial
dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst. Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi
sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
1. Interaksi
Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial
Bentuk umum
proses sosial adalah interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan syarat
utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok
manusia terjadi anatra kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya
tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Berlangsungnya
suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor :
a. Imitasi.
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
b. Sugesti.
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu
sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
c.
Identifikasi. Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan
dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi
sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk atas dasar proses ini.
d. Proses
simpati. Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik
pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat
penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami
pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
2.
Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi
sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara
individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat
terjadinya interaksi sosial :
a. Adanya
kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk. Yaitu
antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarkelompok. Selain itu, suatu
kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung. Kontak sosial yang
bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sengangkan yang bersifat
negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama seali tidak
menghasilkan suatu interaksi sosial. Suatu kontak dapat bersifat primer atau
sekunder. Kontak perimer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung
bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara.
Sekunder dapat dilakukan secara langsung.
b. Adanya
Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan
perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok
lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan
reaksi apa yang dilakukannya.
3.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Gillin dan
Gillin mengadakan penggolongan bentuk interaksi sosial. Menurut mereka, ada dua
macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :
a.
Proses-proses yang Asosiatif
(1) Kerja
Sama (Cooperation)
Suatu usaha
bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau
beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang
dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran
bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus
ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan
diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan
bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan
baik.
Kerja sama
timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu
in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama
akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan
lainnya.
Fungsi
Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada
saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri
sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta
penting dalam kerjasama yang berguna”
Dalam
teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi
nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi
dengan :
a) Kerjasama
Spontan (Spontaneous Cooperation): Kerjasama yang sertamerta.
b) Kerjasama
Langsung (Directed Cooperation): Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan
atau penguasa.
c) Kerjasama
Kontrak (Contractual Cooperation): Kerjasama atas dasar tertentu.
d) Kerjasama
Tradisional (Traditional Cooperation): Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari
sistem sosial.
Ada 5 bentuk
kerjasama :
a) Kerukunan
yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong.
b)
Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan
jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih.
c) Kooptasi
(cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
d) Koalisi
(coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil
untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan
mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi,
karenamaksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama,
maka sifatnnya adalah kooperatif.
e) Joint
venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya
pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.
(2) Akomodasi
(Accomodation)
Istilah
Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujuk pada suatu keadaan dan untuk
menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu
keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang
berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada
usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha
manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut
Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para
sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang
sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses
dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan
penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan
suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan
sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan Akomodasi dapat
berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu:
a) Untuk
mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat
perbedaan paham.
b) Mencegah
meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.
c)
Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah
akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai
pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
d)
Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk
Akomodasi
a) Corecion,
suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
b)
Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
c)
Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.
d)
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
e)
Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
f)
Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena
mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
g)
Adjudication, penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Hasil-hasil
Akomodasi
a) Akomodasi
dan Intergrasi Masyarakat. Akomodasi dan intergrasi masyarakat telah berbuat
banyak untuk menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang
akan melahirkan pertentangan baru.
b)
Menekankan Oposisi. Sering kali suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan
suatu kelompok tertentu dan kerugian bagi pihak lain.
c)
Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda.
d) Perubahan
lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang
berubah.
e)
Perubahan-perubahan dalam kedudukan.
f) Akomodasi
membuka jalan ke arah asimilasi. Dengan adanya proses asimilasi, para pihak
lebih saling mengenal dan dengan timbulnya benih-benih toleransi mereka lebih
mudah untuk saling mendekati.
(3)
Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi
merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan
memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Proses
Asimilasi timbul bila ada :
a)
Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
b)
Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan
intensif untuk waktu yang lama sehingga.
c)
Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing
berubah dan saling menyesuaikan diri.
Beberapa
bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi
yang asimilatif) bila memiliki syarat-syarat berikut ini:
a) Interaksi
sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak
yang lain tadi juga berlaku sama.
b) Interaksi
sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan.
c) Interaksi
sosial tersebut bersifat langsung dan primer.
d)
Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara
pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak
yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan
tertentu harus dicapai dan dikembangankan.
Faktor-faktor
yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah :
a)
Toleransi.
b)
Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
c) Sikap
menghargai orang asing dan kebudayaannya.
d) Sikap
tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
e) Persamaan
dalam unsur-unsur kebudayaan.
f)
Perkawinan campuran (amaigamation).
g) Adanya
musuh bersama dari luar.
Faktor umum
penghalangan terjadinya asimilasi:
a)
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
b) Kurangnya
pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu
seringkali menimbulkan faktor ketiga.
c) Perasaan
takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
d) Perasaan
bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada
kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
e) Dalam
batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah
dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi.
f) In-Group-Feeling
yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti
adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan
kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
g) Gangguan
dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas
lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.
h) Faktor
perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan
pribadi.
Asimilasi
menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat
istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan
akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial
kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.
b. Proses
Disosiatif
Proses
disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya
dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan
arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.
Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan
juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk
kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif
dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
(1)
Persaingan (Competition)
Persaingan
atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu
atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau
dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe umum :
a) Bersifat
Pribadi: Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini
dinamakan rivalry.
b) Bersifat
Tidak Pribadi: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk
mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk
persaingan :
a)
Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan
jumlah konsumen.
b)
Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan,
pendidikan, dst.
c)
Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di dalam
kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang
mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
d)
Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan
krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Persaingan
dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :
a)
Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.
b) Sebagai
jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa
medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
c) Sebagai
alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi
untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan
kemampuannya.
d) Sebagai
alat menyaring para warga golongan karya (fungsional).
Hasil suatu
persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini:
a) Kerpibadian
seseorang.
b) Kemajuan.
Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras dan memberikan sahamnya
untuk pembangunan masyarakat.
c)
Solidaritas kelompok. Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu akan
saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai
keserasian.
d)
Disorganisasi. Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan
mengakibatkan disorganisasi pada struktur sosial.
(2)
Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi
pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von
Wiese dan Howard Becker ada 5:
a) Yang umum
meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana.
b) Yang
sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki
melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada
pihak lain, dst.
c) Yang
intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain.
d) Yang
rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
e) Yang
taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain
adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi,
intimidasi, dst. Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum
kontravensi :
a)
Kontraversi generasi masyarakat: lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah
mengalami perubahan yang sangat cepat.
b)
Kontraversi seks: menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
c)
Kontraversi parlementer: hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan
minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam
lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe
Kontravensi :
a)
Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk:
i.
Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle).
ii.
Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat
(intercommunity struggle).
b)
Antagonisme keagamaan.
c)
Kontravensi Intelektual: sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai
latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya.
d) Oposisi
moral: erat hubungannya dengan kebudayaan.
(3)
Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi
maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri
badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya
dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga
menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Sebab
musabab pertentangan adalah :
a) Perbedaan
antara individu
b) Perbedaan
kebudayaan
c) Perbedaan
kepentingan
d) Perubahan
sosial.
Pertentangan
dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi
yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan
mempunyai beberapa bentuk khusus:
a)
Pertentangan pribadi.
b)
Pertentangan Rasial: dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya
perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan.
c)
Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan.
d)
Pertentangan politik: menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu
masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat.
e)
Pertentangan yang bersifat internasional: disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara.
Akibat-akibat
bentuk pertentangan:
a) Tambahnya
solidaritas in-group.
b) Apabila
pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu,
akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok
tersebut.
c) Perubahan
kepribadian para individu.
d) Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia.
e)
Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak.
B.
Pendidikan sebagai Proses Sosial Budaya
Pendidikan
adalah suatau proses pengembangan kepribadian. Salah satu prinsip yang
ditetapkan adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Masyarakat
Indonesia sangat heterogen secara sosial budaya. Sosial budaya antara
masyarakat daerah satu berbeda dengan daerah lainnya. Hal tersebut dapat
dikatakan sebagai kekhasan mereka. Perbedaan tersebut terlatak pada cara
berfikir, bersikap, berperilaku, tingkat perkembangan mereka, dan respon mereka
terhadap berbagai fenomena kehidupan internal dan eksternal. Untuk memperoleh
informasi konteks sosio-kultural adalah mempelajari hasil-hasil kajian
sosiologi dan antropologi umumnya dan sosioantropologi pendidikan khususnya.
Seperti fenomena masyarakat dipelajari oleh berbagai disiplin ilmu : sosiologi,
sejarah, ekonomi, demografi, antropologi, imu politik, dan psikologi sosial.
Pendidikan
adalah suatu proses pewarisan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suatu
kelompok masyarakat. Dalam masyarakat berbudaya tulis sumber belajar selain
tatap muka dalam pergaulan juga lewat tulisan dan lembaga pendidikan yang
diusahakan seacara formal. Sekolah merupakan tempat kebudayaan, karena pada
dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses
pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk
membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu
komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas
melalui pencapaian akademik siswa.
Proses
pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi kepada
generasi berikutnya, dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui
budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses
enkulturasi, sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi.
Kedua proses tersebut berujung pada pembentukan budaya dalam suatu komunitas.
Proses
pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga,
komunitas budaya suatu suku, atau komunitas budaya suatu wilayah. Proses
pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua, atau orang yang dianggap
senior terhadap anak-anak, atau terhadap orang yang dianggap lebih muda. Tata
krama, adat istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga biasanya diturunkan
kepada generasi berikutnya melalui proses enkulturasi.
Sementara itu,
proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan. Proses
pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal atau proses
akulturasi. Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi
budaya, tetapi juga perubahan budaya. Seseorang yang tidak tahu, diberi tahu
dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, kemudian orang tersebut mengadopsi
budaya tersebut. Misalnya, seseorang yang pindah ke suatu tempat baru, kemudian
mempelajari bahasa, budaya, kebiasaan dari masyarakat di tempat baru tersebut,
lalu orang itu akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan
sebagaimana masyarakat di tempat itu.
Segi-Segi
Pendidikan Sebagai Gejala Sosial Kebudayaan
Yang
dimaksud dengan segi-segi atau aspek-aspek pendidikan adalah arah tujuan atau
sasaran yang diperhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
segala aktivitas yang bersifat pendidikan yang sesuai dengan pandangan di atas.
Ada 10 segi
pendidikan yang urutannya dapat diubah namun tidak dapat dikurangi untuk sesuai
dengan kondisi dan situasi dimana pelaksanaan pendidikan akan dilaksanakan.
Pemisahan salah satu dari kesepuluh tersebut tidak mungkin dan tidak dibenarkan
tetapi hanya dibenarkan perbedaan dalam penekanan.
1.
Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan.
Pendidikan
merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak belajar berpikir,
berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik dari pada sebelumnya. Untuk
tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan pada seluruh aspek pribadi meliputi
jasmani, mental kerohanian dan moral. Sehingga akan tumbuh kesadaran pribadi
dan bertanggung jawab akibat tingkat perbuatannya.
2.
Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi.
Lembaga
pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu menggunakan daya kemampuan
inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata hatinya. Sehingga anak berkesempatan
untuk belajar memikul tanggung jawab bagi kelangusngan pendidikan dan
perkembangan pribadinya. Hal ini sesuai pernyataan Tagore bahwa pendidikan
sebenarnya pendidikan diri sendiri atau diri pribadi (self education).
3.
Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga.
Tugas
pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga atau badan
pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta dilindungi undang-undang.
Dengan demikian disamping lembaga pendidikan sekolah (sebagai perantara,
pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan) maka keluarga masyarakat juga
menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia yang menjadi anggotanya.
4.
Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian.
Pendidik dan
lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan menggalang adanya kesatuan
segala aspek kebudayaan, di sini manusia membutuhkan latihan dalam menggunakan
kecerdasanya dan saling pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh
Edward Springer sebagai:
Aspek
intelek menghasilkan manusia teoretis, sosisal manusia pengabdi, estetis
manusia seni, politik manusia kuasa, agama manusia kuasa dan ekonomi manusia
manusia untung serta sebagai tambahan oleh Prof. A. Sigit aspek keluarga
menjadikan manusia cinta kasih.
5.
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (Life Proses).
Menurut
Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga proses pendidikan
dibatasi pada proses pendidikan dari mulai anak mulai mengerti dan mengakui
kewibawaan samapai anak tunduk pada kewibawaannya sendiri yang bersumber dari
kata hatinya.
6.
Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan
sosial.
Sifat
pendidikan reflektif dan progresif harus meneruskan nilai kebudayaan dan
mengantarkan anak didik pada alam kedewasaan serta membimbing ke arah kerja
membangun masa depan. Untuk itu pendidik harus mengembangkan kesadaran
bertanggung jawab dan turut serta dalam masyarakat.
7.
Pendidikan harus mengabdi seluruh masyarakat.
Menurut
sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami 2 macam perkembangan, yaitu (1)
pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan masyarakat, diperuntukkan untuk
kepentingan sebgaian kecil masyarakat misalnya kolonial Belanda dan (2)
pengabdi massa/segala lapisan masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi
masyarakat tanpa beda kelas.
8.
Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur.
Bila
pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia maka pendidikan
harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manusia, selanjutnya tujuan hidup
tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang dianut seseorang, maka tujuan
pendidikan manusia harus bersumber pada filsafat hidup individu yang
melaksanakan pendidikan. Tujuan pendidikan manusia tidak dapat terlepas dari
tujuan hidup manusia yang didasarkan pada filsafat hidup tertentu.
9.
Pendidikan Jiwa Nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme.
Pendidikan
adalah pembinaan jiwa Nasionalisme yang sehat dan wajar, tidak menjurus
Chauvinisme atau Internasionalisme yang melenyapkan jiwa Nasionalisme. Adanya
masalah dan perbedaan paham-paham tersebut disebabkan 3 hal, yaitu : tetap
adanya perang, adanya efek relatif kebahagian bangsa tertentu namun
kesengsaraan bagi bangsa lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang
tertindas.
Pendidikan
bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan dunia dan manusianya, untuk
itu usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah : pembinaan jiwa yang saling
kerjasama antar bangsa, penghilangan nasionalisme yang sempit, peniadaan
doktrin superioritas dan inferioritas ras, pengembangan sikap positif atas
kerja sama, pembinaan politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan
kooperatif, peningkatan taraf mental pendidikan manusia serta pembinaan
penghormatan tata hidup yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan
anatar bangsa.
Hasil dari
pembinaan di atas akan mewujudkan 3 kemungkinan, yaitu :
a. Komunisme
Internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super disikuti negara
satelit
b.
Organisasi Internasional, dengan peniadaan negara super dimana tata hubungan
belandaskan prinsip demokrasi
c. Kerjasama
Regional, bentuk kerjasama dalam wilayah dan tujuan tertentu.
10.
Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa.
Hal ini
didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur mutlak dan sumber dari
kebudayaan, untuk itu pendidikan agama agar tidak diarahkan pada
intelektualistis-verbalistis, sehingga menjadikan pendidikan agama sebagai
dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan
agama tidak sama dengan etika, namun pendidikan pekerti tidak dapat dilepaskan
dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang diagamakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Interaksi
sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia.
2.
Syarat-syarat terjadinya interaksi soisial adalah dengan adanya kontak sosial
dan komunikasi.
3.
Bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi proses asosiatif (kerja sama,
akomodasi, dan asimilasi) dan disosiatif (persaingan, kontravensi, dan pertentangan).
4.
Pendidikan sebagai proses sosial budaya adalah usaha pembudayaan sekolah
sebagai pranata sosial untuk untuk membudayakan sikap, pengetahuan,
keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk
mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa
dengan pemaksimalan 10 segi pendidikan yang harus dilaksanakan secara lengkap,
yaitu:
a.
Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan.
b.
Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi.
c.
Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga.
d.
Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian.
e.
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup (life proses).
f.
Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intelligent terhadap perubahan
sosial.
g.
Pendidikan harus mengabdi seluruh masyarakyat.
h.
Pendidikan harus diarahkan kepembinaan cita-cita hidup yang luhur.
i.
Pendidikan jiwa nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme.
j.
Pendidikan agama unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2008. Interaksi sebagai Proses Sosial. (Online),
(http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1809953-interaksi-sebagai-proses-sosial/,
diakses pada 6 Maret 2010).
Anonim.
2010. Pendidikan sebagai Proses Sosial Budaya. (Online),
(http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/01/pendidikan-sebagai-proses-sosial-budaya.html,
diakses pada 6 Maret 2010).
Nanath.
2008. Proses Sosial dan Interaksi Sosial. (Online), (http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/proses-sosial-dan-interaksi-sosial/,
diakses pada 6 Maret 2010).
Saifullah,
Ali. (1982). Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan: Pendidikan Sebagai Gejala
Kebudayaan. Surabaya: Usaha Nasional.
Soekanto,
Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar